Seni

Pertanyaan

Pagelaran teater teadisioal nusantara

1 Jawaban

  • 1. Lenong
    Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua bentuk
    Lenong; Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan Lenong
    Denes (yang lakonnya tentang raja-raja dan pangeran), sekarang
    sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya.
    Pertunjukan lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat jelata),
    seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya, dimainkan
    semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan
    keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan. Bersamaan dengan
    diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki,
    lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung,
    oleh SM. Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu
    pertunjukannya diperpendek menjadi satu atau dua setengah
    jam saja.
    Teater tradisional Betawi yang lain; Topeng Betawi, Topeng
    Blantek dan Jipeng (Jinong).
    •  Lenong menggunakan musik Gambang Kromong
    •  Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng Akar
    •  Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang
    •  Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor
    Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan
    sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.

    2. Longser
    Salah satu teater tradisional di Jawa Barat disebut Longser.
    Ada yang berpendapat, bahwa kata Longser berasal dari kata
    Melong (melihat) dan seredet (tergugah). Diartikan bahwa siapa
    yang melihat (menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah.
    Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang lain,
    tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan
    menghibur.
    Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena
    tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya
    dengan duduk melingkar.

    3. Ketoprak
    Teater Tradisional yang paling populeh di Jawa Tengah adalah
    Ketoprak. Pada mulanya Ketoprak hanyalah permainan orang-
    orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung
    di bulan Purnama, yang disebut gejogan. Pada perkembangannya
    menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap.
    Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan
    dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan
    lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka
    lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang kita kenal sekarang, yang
    pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909.

    4. Ludruk
    Ludruk merupakan teater tradisional Jawa Timur
    yang bersifat kerakyatan. Asal-muasalnya dari Jombang.
    Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada
    perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah-daerah di
    sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa
    Tengah. Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan
    oleh laki-laki.
    Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan
    rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan
    melawan penindasan. Unsur parikan di dalam Ludruk
    pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan
    oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, yang membuat
    Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang. Begini bunyi
    parikan itu:
    “Pagupon omahe doro
    melok Nipon tambah soro”
    Yang artinya, kira-kira begini: (Pagupon rumahnya burung
    dara Ikut Nipon (Jepang) tambah sengsara).

    5. Arja
    di Bali cukup banyak bentuk teater tradisional. Di antara
    yang banyak itu, salah satunya adalah Arja. Arja juga merupakan
    teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan pada
    nontonan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan
    Arja dimainkan oleh laki-laki, tapi pada perkembangannya lebih
    banyak pemain wanita, karena penekanannya pada tari.
    Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu; yang
    bertolak dari cerita Gambuh. Namun pada perkembangannya
    dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata. Tokoh-
    tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye, Condong)
    pelayan wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari,
    mantri dan lain sebagainya.

    6. Kemidi Rudat
    kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu.
    Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan.
    Bahkan lakon-lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama
    dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.

    7. Kondobuleng
    Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari
    suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal dari kata kondo (bangau)
    dan buleng (putih). Kondobuleng berarti bangau putih. Tontonan
    Kondobuleng ini mempunyai makna simbolis. Sebagaimana teater
    tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara
    spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau.
    Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan
    dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah tidak
    adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung
    pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama
    mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi
    pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.

Pertanyaan Lainnya