Pagelaran teater teadisioal nusantara
Seni
Silvia123457890
Pertanyaan
Pagelaran teater teadisioal nusantara
1 Jawaban
-
1. Jawaban dmahar95
1. Lenong
Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua bentuk
Lenong; Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan Lenong
Denes (yang lakonnya tentang raja-raja dan pangeran), sekarang
sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya.
Pertunjukan lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat jelata),
seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya, dimainkan
semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan
keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan. Bersamaan dengan
diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki,
lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung,
oleh SM. Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu
pertunjukannya diperpendek menjadi satu atau dua setengah
jam saja.
Teater tradisional Betawi yang lain; Topeng Betawi, Topeng
Blantek dan Jipeng (Jinong).
• Lenong menggunakan musik Gambang Kromong
• Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng Akar
• Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang
• Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan
sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.
2. Longser
Salah satu teater tradisional di Jawa Barat disebut Longser.
Ada yang berpendapat, bahwa kata Longser berasal dari kata
Melong (melihat) dan seredet (tergugah). Diartikan bahwa siapa
yang melihat (menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah.
Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang lain,
tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan
menghibur.
Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena
tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya
dengan duduk melingkar.
3. Ketoprak
Teater Tradisional yang paling populeh di Jawa Tengah adalah
Ketoprak. Pada mulanya Ketoprak hanyalah permainan orang-
orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung
di bulan Purnama, yang disebut gejogan. Pada perkembangannya
menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap.
Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan
dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan
lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka
lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang kita kenal sekarang, yang
pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909.
4. Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional Jawa Timur
yang bersifat kerakyatan. Asal-muasalnya dari Jombang.
Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada
perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah-daerah di
sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa
Tengah. Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan
oleh laki-laki.
Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan
rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan
melawan penindasan. Unsur parikan di dalam Ludruk
pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan
oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, yang membuat
Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang. Begini bunyi
parikan itu:
“Pagupon omahe doro
melok Nipon tambah soro”
Yang artinya, kira-kira begini: (Pagupon rumahnya burung
dara Ikut Nipon (Jepang) tambah sengsara).
5. Arja
di Bali cukup banyak bentuk teater tradisional. Di antara
yang banyak itu, salah satunya adalah Arja. Arja juga merupakan
teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan pada
nontonan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan
Arja dimainkan oleh laki-laki, tapi pada perkembangannya lebih
banyak pemain wanita, karena penekanannya pada tari.
Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu; yang
bertolak dari cerita Gambuh. Namun pada perkembangannya
dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata. Tokoh-
tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye, Condong)
pelayan wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari,
mantri dan lain sebagainya.
6. Kemidi Rudat
kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu.
Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan.
Bahkan lakon-lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama
dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
7. Kondobuleng
Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari
suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal dari kata kondo (bangau)
dan buleng (putih). Kondobuleng berarti bangau putih. Tontonan
Kondobuleng ini mempunyai makna simbolis. Sebagaimana teater
tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara
spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau.
Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan
dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah tidak
adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung
pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama
mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi
pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.